BANGKA — Kerasnya kehidupan mulai dirasakan Ana (40), sejak ditinggal mati sang suami 7 tahun silam. Dia nekat mengarungi perairan di Pantai Teluk Kelabat, demi ketiga buah hatinya yang masih duduk di bangku sekolah.
Sejak tiga tahun lalu, setiap hari warga Panji Pasir, Kecamatan Belinyu ini, selalu berpindah-pindah dari ponton ke ponton, untuk memungut sisa-sisa pencucian pasir timah dari penambang. Di kalangan penambang, aktvitas itu disebut ngereman.
” Sudah tiga tahun lah Pak kerja kayak gini, mau kerja apa lagi,” ungkap Ana, Kamis (04/02) petang, seraya menunjukan timah hasil kerjanya hari ini.
Tak jarang, kadang dia pulang tanpa membawa hasil. Selain itu, Ana mengaku kerap kali ketakutan jika ada razia oleh petugas.
” Hari ini cuma dapat 8 Ons, biasaya dapat lah 2-3 kilo. Kalau timah bagus, sekilo dibeli 100.000 Rupiah. Lumayanlah buat kami makan. Mana anak-anak sekolah. Tahu lah Pak, jaman Corona, anak sekolah mau pake Hp android,” Jelasnya lirih. (Randhu)