HEADLINEOPINI

Empuknya Kursi Legislatif Menggiurkan

×

Empuknya Kursi Legislatif Menggiurkan

Sebarkan artikel ini
Samsiar Komar (Wartawan Madya)

Redaktur portaldutaradio.com


Setiap perhelatan pemilu, banyak orang tergiur bisa duduk di kursi empuk anggota legislatif. Selain bermimpi bisa dapat penghasilan besar dengan segala fasilitas yang ada, menjadi anggota DPRD juga bisa dijadikan alternatif untuk mendapatkan pekerjaan enak, terutama bagi para pengangguran.

Makanya pemilu sebagai satu – satunya pintu masuk untuk menjadi anggota dewan yang terhormat membuat banyak orang rela “berjudi nasib” , mengerahkan segala daya demi melenggang ke gedung parlemen.

Kesempatan untuk meraih semua mimpi itu didukung oleh banyaknya partai politik yang memang membutuhkan kader – kader sebagai pasukan pendulang suara agar dapat memenangkan pemilu.

Bila berhasil, nasib pun akan berubah 180 derajat, dari bukan siapa – siapa menjadi legislator terpandang dengan isi kantong tebal. Setidaknya hal ini lah yang terbersit dalam pikiran orang kebanyakan.

Meskipun bertarung di ajang pesta demokrasi berbiaya besar di negeri ini membutuhkan “amunisi” yang tidak sedikit, panggung politik lima tahunan ini tidak pernah sepi dari riuhnya peserta, baik orang lama maupun pemain baru.

Harapannya bila menang, maka semua ongkos politik mahal yang sudah dikucurkan, dalam kurun waktu lima tahun bisa kembali modal, bahkan meraup untung.

Walaupun pihak yang kalah terkadang hanya bisa meratap karena hutang membengkak, atau banyak harta yang ludes terjual.

Tapi tidak semua caleg tujuannya seperti itu. Di antara sekian banyak kandidat, pasti ada orang – orang berkualitas yang niatnya lurus memang ingin berbuat untuk rakyat dan demi kemajuan kabupaten tercinta ini.

Masalahnya masyarakat tetap saja dibikin pusing memilih caleg yang dapat dipercaya dari sekian banyak wajah – wajah sumringah yang tebar pesona di baliho – baliho, atau yang obral janji manis saat kampanye.

Akhirnya mereka ambil jalan pintas, ada duit ada suara, money politics. Pemicunya, krisis kepercayaan, tidak mengerti politik, sudah banyak kecewa atau malah memanfaatkan momen.

Kondisi ini membuat “harga kursi legislatif” menjadi tambah mahal. Jadi jangan heran kalau di kemudian hari ada berita anggota dewan tersandung kasus korupsi. Miris memang, tapi ini lah yang terjadi di negeri ini.

Padahal anggota legislatif memiliki otoritas yang signifikan untuk menentukan arah roda pembangunan. Makanya tidak sembarang orang layak memegang amanah itu, tentu harus ada kriteria yang tepat agar seseorang bisa lolos jadi calon anggota legislatif.

Seorang caleg harus memiliki kapasitas, wawasan luas, moralitas yang baik sebagai pondasi untuk mengemban amanah rakyat.

Dan yang tidak kalah penting seorang caleg harus memiliki rekam jejak yang baik, popularitas serta kemampuan finansial untuk membiayai sosialisasi dan kampanye, asal jangan digunakan untuk “menyuap” rakyat.

Seharusnya pantai politik lebih selektif saat merekrut calegnya, tidak asal comot untuk melengkapi kuota. Alhasil banyak dari mereka yang asal nyalon karena buta politik, berharap menang tetapi tanpa perhitungan matang.

Bagi para caleg yang hanya ikut – ikutan, kalah dalam pemilu tidak jadi masalah karena mereka biasanya bersikap pasif dan tidak keluar banyak modal.

Tapi bagi yang ambisius tapi buta politik dan buta medan perangnya seperti apa, kekalahan akan menjadi pukulan telak yang memilukan, apalagi sudah keluar banyak rupiah termakan laporan ABS ( Asal Bapak Senang ) dari timses yang menjamin bakal menang.

Tentu kita semua berharap Pemilu 2024 ini benar – benar menghasilkan anggota legislatif berkualitas, bukan orang – orang yang hanya bisa planga plongo atau 4D, datang, duduk, diam, duit.

Kita juga berharap tidak ada caleg yang depresi karena kalah dan berniat bunuh diri terjun bebas dari pohon kelapa. Ups.. Jangan terlalu serius bos, santai aja. ( * )