JAKARTA — Kinerja PT Timah Tbk membaik di kuartal I 2021. Emiten TINS itu berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 10,34 miliar, pada kuartal pertama 2021. Laba ini berbanding terbalik dari pada kuartal pertama 2020, dimana TINS membukukan kerugian bersih hingga Rp 412,85 miliar.
Naiknya bottomline terjadi saat pendapatan emiten pelat merah ini membukukan penurunan. Tercatat, TINS membukukan pendapatan senilai Rp 2,44 triliun, menurun 44,78 persen dari pendapatan di periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 4,42 triliun.
Analis BRIDanareksa Sekuritas, Stefanus Darmagiri menyebut, pada kuartal pertama 2021, TINS membukukan pendapatan sebesar Rp 2,4 triliun. Pendapatan ini dipengaruhi penurunan produksi sebesar 35,6 persen secara kuartalan, dan menurun 63,1 persen secara tahunan menjadi sebesar 5.220 ton.
Namun, laba TINS pada kuartal pertama 2021 menunjukkan pemulihan, dengan torehan laba bersih sebesar Rp 10,34 miliar. Hal ini didukung oleh harga timah rafinasi yang solid, sehingga menghasilkan harga jual rata-rata atau average selling price yang kuat dan profitabilitas yang lebih baik, dengan marjin laba kotor dan operasi yang lebih tinggi.
Selain itu, penurunan beban bunga sebesar 54,0 persen secara year-on-year, juga membantu TINS dalam meningkatkan laba bersihnya. Namun, kinerja TINS sepanjang tiga bulan pertama 2021 masih jauh di bawah perkiraan yang dipasang BRIDanareksa Sekuritas dan juga perkiraan konsensus.
Dari sisi keuangan, Stefanus memperkirakan, net gearing TINS akan menurun menjadi 94,9 persen pada tahun 2021, dan menjadi 89,0 persen pada tahun 2022.
Hal ini tidak terlepas dari strategi TINS yang terus memperkuat neraca dengan mengurangi utang berbunga sebesar 42,6 persen secara yoy menjadi Rp 5,7 triliun, yang sebagian besar berasal dari pinjaman jangka pendek.
Dengan ekuitas yang stabil, TINS berhasil menurunkan net gearing menjadi 97,8 persen di kuartal pertama 2021, dari sebelumnya mencapai 184,9 persen di kuartal pertama 2020.
Stefanus mengatakan, kondisi cuaca yang memasuki musim kemarau akan membantu TINS untuk meningkatkan produksi di kuartal kedua.
“Selain itu, harga timah rafinasi yang solid belakangan ini akan mendukung laba bersih TINS, yang kami perkirakan akan mencapai Rp 311 miliar,” tulis Stefanus dalam riset, Jumat.
BRIDanareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi hold saham TINS dengan target harga Rp 1.700 per saham. Harga timah yang solid serta ekspektasi membaiknya kondisi cuaca yang bermuara pada meningkatknya produksi di kuartal mendatang akan membantu TINS dalam membukukan laba yang lebih kuat.
Meskipun demikian, rekomendasi hold terhadap saham TINS masih dipertahankan mengingat kenaikan yang sudah cukup terbatas pada target harga yang dipasang, yakni di level Rp 1.700. (*)