BANGKA — Mahmud (41), warga Desa Lumut, Kecamatan Belinyu, menjadi korban bentrok antara nelayan dengan penambang di pos penimbangan timah Pulau Dante, Sabtu pekan lalu.
Akibatnya, Mahmud mengalami luka yang cukup serius dibagian kelopak matanya, lantaran terkena hujaman batu yang dilontarkan massa menggunakan Ketapel. Mahmud harus dilarikan ke Rumah Sakit di Sungailiat, untuk mendapat penanganan medis.
Ditemui di kediamannya di Desa Lumut, Senin (03/05) petang, Mahmud mengaku tidak tahu sama sekali bakal adanya penyerangan itu.
” Kalau info mau aksi damai itu ada dengarnya, ya, kami pikir biasa saja. Selama ini juga kerja kami tidak melanggar, seperti melewati batas patok yang dipasang. Namanya juga aksi damai, kami pun biasa-biasa saja, saya lihat memang sudah banyak nelayan,” ungkap Mahmud didampingi oleh rekannya yang juga menjadi korban bentrok itu.
Namun kata Mahmud, sebelum melakukan penyerangan, massa terlebih dahulu menghampiri ponton penambang yang sedang beroperasi, lalu melakukan penyerangan ke arah pos penimbangan timah.
” Mereka ke arah ponton dulu, sekitar 70 meter lah jarak dari pos, kami lihat stik rajuk itu naik, berarti mereka nyuruh stop kerja. Nah, sekitar jarak 30 meter itu, seng pos ini pak, pok, pak, pok bunyi betet (batu yang dilontarkan dari ketapel),” bebernya.
Mahmud melanjutkan, di tengah penyerangan itu dia sempat melambaikan tangan kepada massa untuk menenangkan diri.
” Jadi ini, menurut kesaksian saya,, karena saya disitu. Mereka nyerang terus pake Betet (Ketapel) itu, dan saya berusaha bergerak didepan, dan mengangkat tangan istilahnya. Sabar, sabar, saya bilang begitu,” jelasnya.
Penyerangan itu, masih kata Mahmud, berlangsung selama kurang lebih hampir satu jam. Akhirnya dia pun dilarikan ke Rumah Sakit guna mendapatkan perawatan. Dia membeberkan kondisi matanya sebelah kanan, saat ini mengalami kerabunan saat melihat.
Sementara, Mino selaku korban penyerangan itu juga merasa heran, apa maksud dari penyerangan itu. Menurut dia, selama ini berhubungan baik dengan para nelayan.
” Kalau diturut hubungan baik, ya baik, kami ketemu sering. Kadang mereka pulang cari ikan mampir di pos, malahan kami beli juga ikannya, baik lah pokoknya, tiba-tiba gini jadinya,” ungkap Mino.
Terpisah dari itu, salah seorang nelayan yang enggan menyebutkan namanya dan biasa mencari ikan di wilayah perairan itu, mengaku tidak terlibat dalam aksi penyerangan itu.
” Ndak tau aku Pak, kalau dengar kabar ributnya ada, tapi kurang tau itu rombongan mana,” kata dia.
Kasus itu juga saat ini dikabarkan sudah ditangani Polres Bangka. Kapolres Bangka, AKBP Widi Haryawan, Minggu kemarin mengatakan, kasus penyerangan ini masih dalam proses penyelidikan.
” Untuk kegiatan kemarin, adanya unjuk rasa tersebut, kita hingga saat ini masih mendalami, apa yang menjadi latar belakang hingga menjadi dan berakhir dengan anarkis,” ujar AKBP Widi. (Randhu)