HEADLINEHUKUM KRIMINAL

Meski TI Apung Sudah Pergi, Nelayan Desa Bakit Belum Merasa Lega

48
×

Meski TI Apung Sudah Pergi, Nelayan Desa Bakit Belum Merasa Lega

Sebarkan artikel ini

BANGKA BARAT — Tim Gabungan Sat Polair, Sat Reskrim, Sat Shabara Polres Bangka Barat didampingi personel Pos AL Jebus, melakukan patroli di perairan Teluk Kelabat, Tanjung Rhu Desa Bakit, Kecamatan Parittiga, Kamis ( 17/6 ) siang.

Personel Polres Bangka Barat yang berjumlah 20 orang, dipimpin Kanit Tipiter, IPDA Intan, memantau perairan Teluk Kelabat Dalam, wilayah Kabupaten Bangka Barat menggunakan perahu nelayan. Sejumlah wartawan ikut serta dalam patroli tersebut.

Pantauan KABARBANGKA.COM, perairan Teluk Kelabat wilayah Bangka Barat, pada hari terakhir penertiban telah bersih dari aktivitas penambangan. Tidak ada satu pun ponton isap yang terlihat terapung di laut.

Sayangnya, di perairan Teluk Kelabat wilayah Belinyu, Kabupaten Bangka, terlihat puluhan ponton masih beraktivitas menambang timah.

IPDA Intan, seizin Kapolres Bangka Barat mengatakan, hari ini merupakan operasi penertiban terakhir yang dilakukan Polres Bangka Barat di perairan Teluk Kelabat, tepatnya di Tanjung Rhu, Desa Bakit. Dia mengatakan, pihaknya hanya mengamankan wilayah perairan Bangka Barat.

” Alhamdulillah, kegiatan patroli tadi tidak ada ditemukan ponton apung yang melakukan aktivitas penambangan di wilayah Bakit, Tanjung Rhu, Kabupaten Bangka Barat. Jadi kegiatan tadi berjalan dengan lancar tidak terjadi masalah, dan mudah – mudahan laut di wilayah Bangka Barat ini aman dari aktivitas TI Apung ilegal. Ini hari terakhir, bila ada perpanjangan nanti bisa diinfokan lagi,” kata IPDA Intan usai patroli.

Sementara itu, Supardi ( 64 ), nelayan Desa Bakit, Kecamatan Parittiga, belum merasa lega, meskipun di perairan wilayah Bangka Barat telah bersih dari ponton isap.

Sebab menurut dia, kegiatan penambangan di wilayah Belinyu tetap menjadi pengganggu aktivitas nelayan, terutama bagi mereka yang menjaring ikan bawal dan udang.

” Soalnya jaring kita hanyut ke arah sana, jadi pas mau ngambil ikannya itu susah kalau masih ada tambang disana. Kita berharap semuanya ditertibkan, biar semunya bersih,” harap Supardi.

Selain itu, aktivitas penambangan tersebut kerap kali mencemari air laut. Genangan BBM jenis solar yang digunakan ponton – ponton tersebut kata Supardi, terkadang hanyut terbawa arus ke wilayah tangkap mereka.

” Sebelum ada tambang, hasil yang kami dapat cukup memuaskan, bisa dapat hasil kurang lebih satu jutaan, tapi sekarang mau nyari 500 ribu saja sudah susah,” keluhnya.

Dia menambahkan, sebelum ada penertiban, ponton isap tambang ilegal yang membanjiri perairan Teluk Kelabat di Desa Bakit berjumlah ratusan. Namun setelah penertiban, ponton – ponton tersebut telah pergi.

” Sekitar dua tiga hari ini sudah bersih, tidak ada lagi ponton disini. Kalau kemarin sampe ratusan. Mereka pergi ke arah Belinyu,” ujarnya. ( SK )