PANGKALPINANG — Penyalahgunaan narkoba dan penyandang disabilitas di Bangka Belitung merupakan dua permasalahan besar yang tidak bisa diabaikan. Untuk itu, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, bersinergi dengan Yayasan Rehabilitasi Mental Moeliya dengan melakukan audiensi di Ruang Kerja Gubernur Babel, Jumat (28/05/2021), sebagai salah satu upaya penanggulangan.
Gubernur Erzaldi mengharapkan program ini dapat berjalan lancar sehingga, pihaknya siap mendukung dari berbagai sisi, di antaranya dengan menyandingkan yayasan ini dengan tim dari Dinsos Babel dan RSJD Babel dalam satu audiensi, serta Dinas Pemdes Babel ke depan. Selain itu, dirinya berharap pemprov dalam waktu dekat akan memiliki Lembaga Kesejahteraan Sosial.
“Saya minta dalam waktu satu bulan LKS dan juga perda sudah dapat berjalan. Sedangkan untuk program dapat segera dimatangkan. Untuk menguatkan program ini, kita juga perlu berkolaborasi dengan pusat melalui ketua yayasan yang sudah terkoneksi dengan pusat. Saya akan pantau kegiatan ini terutama goalnya,” ujar Gubernur Erzaldi saat membuka audiensi.
“Untuk permasalahan relawan dan sebagainya, bisa dibicarakan dengan pihak terkait yang ada di sini, dan juga Dinas Pemdes Babel karena, program ini akan menyasar sampai ke tingkat kabupaten/kota,” lanjutnya.
Adapun misi dari program kegiatan inklusi disabilitas dan anti narkoba yang dipaparkan dalam audiensi adalah 100 desa/kelurahan sebagai pembina,1.000 relawan sebagai penggerak, dan 10.000 keluarga yang peduli dengan melibatkan semua stakeholders terkait.
Sedangkan cakupan kegiatan terdiri dari pelayanan rujukan, pelayanan dukungan kapasitas, pelayanan rujukan, pelayanan dukungan kapasitas yang merujuk spektrum pencegahan, dan penanganan pemulihan serta pemberdayaan.
“Hasil audiensi ini akan menghasilkan program kerja seperti apa dengan diskusi bersama tim dari Dinsos dan RSJD. Program ini akan dimulai dari dua wilayah yaitu Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka, sesuai target bapak gubernur paling lama satu bulan,” jelas Ketua Yayasan, Angga Saputra dalam audiensi.
Sejauh ini, Yayasan Pendaki Sehati Bangka Belitung terfokus kepada korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Kemudian dalam perjalanan, yayasan ini menemukan bahwa dalam 10 orang korban penyalahgunaan Napza, terdapat 5-7 orang yang juga menderita disabilitas mental.
“Sejak memulai program di awal tahun 2021, telah ada 50 orang korban penyalahgunaan Napza dari beberapa daerah di antaranya Bekasi, Pekan Baru, Indramayu, dan Babel 90 persennya, berasal dari Babel yakni Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang. Dari 50 orang tersebut, lebih dari setengahnya mengalami gangguan jiwa,” papar ketua yayasan, Angga Saputra.
Sehingga kemudian mereka mendirikan Yayasan Rehabilitasi Mental Moeliya yang memfokuskan diri kepada program penyandang disabilitas sehingga bisa saling melengkapi dalam satu payung hukum dengan konsep inklusi.
“Selama ini banyak keluarga dan juga lingkungan sekitar yang tidak peduli dengan penyandang disabilitas maupun pengguna narkoba. Bahkan ada keluarga penyandang disabilitas mental yang mengurung korban tanpa tersentuh bantuan medis. Hal seperti ini yang kemudian akan kita edukasi dan rehabilitasi,” tambahnya.
Hadir juga dalam audiensi ini perwakilan dari Kementerian Sosial yakni Phala Martha yang menjabat sebagai Kepala Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental, yang menaungi penyandang disabilitas area Pemprov Babel. (*)