BANGKA SELATAN – Sejak tahun 1990, Sawiran (52), sudah menekuni pekerjaannya menjadi tukang sungkur udang di laut yang ada di perairan Toboali.
Demi untuk bertahan hidup Sawiran berusaha bangun pagi, mengais rezeki di laut Toboali dengan alat sungkurnya untuk mencari udang.
Tak peduli bahaya yang mengintai, sebagai kepala keluarga Sawiran bertanggung jawab menafkahi delapan anaknya.
Penghasilan Sawiran di tahun 2023 ini sebesar Rp. 60.000 perhari, dengan harga udang sungkur Rp. 20.000 per kilogram. Itu pun kalau cuaca mendukung. Namun sawiran tidak pernah menyerah dan tetap semangat.
“Kalau cuaca buruk, kadang saya pulang dengan tangan hampa,” ungkap Sawiran ditemui di rumahnya di Kampung Padang Laut kelurahan Tanjung Ketapang, Sabtu (16/9/23).
“Saya sering menangis bersama istriku pada waktu kerja kerasku tidak ada hasil. Sebab anak – anak ku butuh biaya sekolah, butuh makan, beras tidak ada, hanya menangis yang dapat kami lakukan meratapi nasib,” keluhnya.
“Udang hasil tangkapan saya jual kepada warga sekitar,” imbuhnya.
Sawiran buat sendiri alat sungkurnya, Beli wareng dengan uang sendiri. Karena kalau beli, harga alat sungkur mencapai Rp. 300.000.
“Bagiku belum mampu untuk membeli alat sungkur, lebih baik aku bikin sendiri,” kata dia.
Selama 27 tahun Sawiran belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Hanya bantu UMKM penjual belacan, tapi untuk bantuan ke tukang sungkurnya tidak pernah sama sekali.
“Saya berharap pemerintah memperhatikan nelayan penyungkur udang. Bantulah kami untuk mempermudah kami mencari rizki dan mengurangi beban hidup kami,” harap dia.
Ketua RT 02 / RW 02 Kelurahan Tanjung Ketapang, Harsa, membenarkan Sawiran belum pernah sama sekali bantuan dari pemerintah.
“Ada 80 lebih warga kami yang bepropesi menjadi tukang sungkur udang. Untuk tukang sungkur udang memang belum pernah ada bantuan,” ungkapnya. (Abi)