BANGKA SELATAN — Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Adet Mastur mengungkapkan, DPRD Babel akan mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Kepariwisataan menjadi Peraturan Daerah
Menurut Adet Mastur, pembahasan Raperda Kepariwisataan hampir rampung dan hanya tinggal menunggu pengesahan. Didalam Raperda Kepariwisataan itu juga ada visi misi Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, yang telah diperkuat dalam RPJP maupun RPJM.
“Kita tidak lagi mengandalkan Pertambangan, karena pertambangan untuk saat sekarang ini lokasi-lokasi tambang kita ini semakin hari semakin menipis, deposit – deposit timah didalam tanah kita ini semakin berkurang,” ungkap Adet Mastur, di Desa Tanjung Labu, Kecamatan Lepar Pongok, Selasa (22/06/2021).
Lebih lanjut Adet menjelaskan, kedepan, arah kebijakan Provinsi Bangka Belitung akan bergerak di dua sektor, yakni sektor pertanian dan sektor pariwisata.
Untuk itu, kata dia, guna meningkatkan perekonomian daerah, banyak objek Pariwisata yang bisa diandalkan dan disajikan kepada para wisatawan, yang akan berkunjung ke Bangka Belitung.
“Objek wisata ini kita tidak lagi hanya mengandalkan wisata bahari seperti pantai, tapi juga kita akan menyajikan wisata lain, agar wisatawan tidak jenuh berkunjung ke Bangka Belitung,” imbuhnya.
Tak hanya wisata bahari, lanjut Adet, bahwa wisata budaya, wisata religi dan wisata alam yang ada di Bangka Belitung harus terus ditonjolkan.
“Ada wisata alam yang harus kita tonjolkan seperti gunung, bukit, maupun wisata pemandian air panas dan wisata sejarah, seperti Gunung Menumbing, Kota Kapur, dan di daerah Gudang ada batu pra sejarah, itu wisata sejarah yang harus kita lestarikan, bebernya.
Ia berharap agar para generasi muda terus melestarikan dan menjaga keanekaragaman dan kekayaan budaya yang ada di Bangka Belitung, seperti budaya nganggung dan sebagainya.
” Berbicara budaya, ada satu hal yang saya tekankan dimana pun saya berada, budaya nganggung. Kita di Bangka Belitung terkenal dengan budaya nganggung. Tetapi di wilayah kota, budaya nganggung ini hampir punah dimakan zaman,” kata dia. (*)