BENGKULU SELATAN, Kabar.bangka.com – Ketua Komisi III DPRD Bengkulu Selatan Dodi Martian menyayangkan muncul keluhan kekosongan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Hasanuddin Damrah (RSHD) Manna.
Padahal, obat merupakan penunjang kesembuhan dari salah seorang pasien. Jika obat tidak ada, menurutnya, bagaimana seorang pasien bisa sembuh dari penyakit.
“Belum ada kalau laporan secara resmi. Tentu kami sangat menyayangkan hal tersebut. Bagaimana pasien mau sembuh jika salah satu penunjangnya kosong,” kata Dodi.
Jika stok obat kerap kosong, banyak yang akan dirugikan. Sementara tenaga medis sudah mumpuni. Kemudian, peralatan atau alat kesehatan juga sudah sesuai standar.
“Tentunya pelayanan di RSUD itu biar bisa maksimal harus dengan tiga faktor. Nakes mumpuni, peralatan medis sudah sesuai standar dan terakhir penunjang obat cukup. Tetapi jika salah satu dari tiga tersebut tidak ada bagaimana mau maksimal memberikan pelayanan,” ujar Dodi.
Padahal, dibandingkan dengan dua RSUD di kabupaten tetangga, fasilitasnya jauh lebih baik di Bengkulu Selatan. Banyak masyarakat dari kabupaten tetangga memilih berobat di RSHD Manna.
“Padahal RSUD kita adalah rujukan. Karena kita semua sudah standar dan tenaga medis sudah cukup. Tetapi jika seperti ini kedepanya pelayanan di RSUD kita akan tercoreng jika tidak segera membenahi,” papar politisi Golkar.
Dodi meminta manajemen untuk segera mengatasi persoalan kerap terjadinya kekosongan obat.
“Segera diatasi oleh pihak menajemen. Sangat tidak enak didengar, karena manajemen sudah mengatur keuangan dengan cara sendiri. Tentu tanda tanya kemana-mana uang yang ada di BLUD tersebut,” ucap Dodi.
Diberitakan TribunBengkulu.com sebelumnya, Ketua IDI Bengkulu Selatan yang juga tenaga medis di RSHD Manna Dr. Darsono Kartolo, Sp.OG, mengakui jika permasalahan kekosongan stok obat bukan pertama kali terjadi di tahun ini saja.
Tetapi seringnya terjadi kekosongan obat dimulai sejak lama.
“Iya. Permasalahan itu (kekosongan obat,red) sudah terjadi sejak waktu yang lama,” jawab Darsono saat dikonfirmasi TribunBengkulu.com.
Dilanjut Darsono, diketahui permasalahan tersebut bukan lagi terjadi pada tahun ini saja. Melainkan sudah terjadi sejak beberapa tahun ke belakang.
“Sudah lama. Tapi yang semakin parah sejak tahun 2020, 2021, 2022 dan sampai sekarang lebih parah lagi,” jelas Darsono.
Versi Direktur RSHD Manna
Sementara itu, Direktur RSHD Manna dr. Debi Utomo mengungkapkan jika permasalahan tersebut tidak ada. Adanya hanya mis komunikasi yang terjadi di internal.
“Tidak ada permasalahan itu. Perlu dijelaskan jika itu hanya mis komunikasi di internal kita (RSUD HD Manna, red),” ungkap Debi.
Sementara, jika suatu keterlambatan adalah hal yang wajar. Karena, tidak tau mungkin obat yang dibutuhkan sedang dalam perjalan atau sedang proses pemesanan.
“Mungkin lupa dipesan atau sedang dalam perjalanan. Mungkin jika kita logikan hal yang wajar bukan yang disengaja,” jelas Direktur.
Untuk diketahui, komite medik merupakan perpanjangan tangan, telinga dan mata direktur.
“Hari ini semua sudah kami pertanyakan. Semua komite medik yang merupakan perpanjangan tangan, telinga dan mata direktur. Jadi, tidak ada pengakuan para dokter terjadi kekosongan obat tersebut,” pungkas Debi. (red/adv)