BELITUNG — Sepeda lipat produk lokal, tepatnya produk putra Belitung, tak kalah bergengsi dengan brand sepeda terkenal skala nasional maupun internasional.
Prestasi produk lokal Bangka Belitung, yakni Sepeda Lipat Billiton, mendapat atensi khusus Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman.
“Saya bangga karena assembling sepeda Billiton ini sangat bagus sekali. Tidak hanya menjadi suatu kebanggaan, sepeda ini juga akan dijadikan oleh-oleh khas Belitung,” ungkap Gubernur di Sheraton Hotel, Belitung, Sabtu (13/3) kemarin.
Kekagumannya setelah melihat langsung sepeda lipat lokal hasil karya anak bangsa tersebut, Gubernur Erzaldi bersama Kapolda Anang dan Danrem M. Jangkung langsung memesan sepeda lipat dengan grafir bertuliskan nama masing-masing.
Gubernur mengajak mengajak masyarakat Babel untuk berbelanja produk lokal. Cara ini menurutnya, menjadi salah satu strategi konkret pemulihan ekonomi Babel akibat wabah Covid-19.
Saat ini, kata Gubernur, Pemprov Babel terus melakukan penguatan pondasi, agar sektor ekonomi kreatif dan UMKM di kawasan ekonomi khusus ini dapat kembali pulih.
Ditambah dengan trend bersepeda di kota besar, seperti di Pulau Jawa dan daerah lain di Indonesia belakangan ini sangat eksis. Hal ini memberikan peluang pada usaha ini berkembang lebih maju.
“Selain itu, dengan bersepeda sebagai pemenuh kebutuhan olahraga fisik dalam menjaga imunitas selama masa pandemi,” imbuhnya.
Pada Kesempatan yang sama, Bupati Belitung, Sahani Saleh memuji karya inovatif putra daerah Belitung sehingga Belitung tidak dikenal dengan pantai, lada dan timahnya tetapi juga sepeda lipatnya,” ujarnya.
“Ini akan menjadi alternatif buah tangan spesial melengkapi oleh-oleh khas Belitung yang pada umumnya adalah makanan hasil olahan tangkapan lautnya,” pungkasnya
Pengelola Belitong Maritime Ecotourism, Daniel Alexander mengatakan, tercetus pemilihan nama brand “Billiton” dikarenakan sejarah daerah tersebut sejak dulu menjadi tempat yang strategis di Indonesia. Ditambah kehadiaran dua perusahaan tambang terbesar di dunia itu terdapat di Pulau Belitung.
Thomas Stamford Raffles pernah menulis dalam suratnya, bahwa berdasarkan suatu perjanjian di zaman kolonialisme antara Inggris dan Belanda, Billiton jatuh ke tangan Belanda. Sehingga dia terpaksa harus menjadikan Singapura untuk mengganti Billiton menjadi pusat perdagangan yang baru. Secara history, Billiton memang sangat istimewa.
“Kita berusaha menangkap pola ini kemudian melahirkan ide produksi sepeda Billiton dari pulau Belitung,” ungkap Daniel Alexander.
Sepeda ini terbuat dari bahan alumunium dengan berat dibawa hanya 10 kg, ditambah harga yang terjangkau serta desain kekinian. Warna alami aluminium didesain tanpa pilihan warna lain untuk menjaga keaslian, yaitu warna alumunium.
“Prototype ini dibuat di Cibinong sebanyak 51 sepeda untuk produksi pertama, kedepan produksi akan dilakukan di Belitung,” jelas Daniel.
Spirit atas ide produk ini diharapkan dapat menjadi langkah awal, menjadikan produk sepeda lipat Billiton dapat bersaing diskala internasional nantinya. Dikarenakan produk lokal juga memiliki inovasi-inovasi baru dari wawasan yang dipelajari dari brand ternama lainnya.
Bahkan produksi sepeda Billiton dengan spesifikasi yang sama bisa dikatakan jauh lebih berkualitas, dan terjangkau dari pada brand yang sudah ternama. Dari segi harga jika harus membeli brand ternama, masih harus merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah.
“Ide dan gagasan ini merupakan karya anak negeri, putra daerah Bangka Belitung, khususnya Belitong,” tegas Daniel lagi. (*)