HEADLINEPANGKALPINANG

Tahun Ini, Rp 6 Milyar Dikucurkan Untuk Membangun Pasir Padi

×

Tahun Ini, Rp 6 Milyar Dikucurkan Untuk Membangun Pasir Padi

Sebarkan artikel ini
Riharnadi

PANGKALPINANG — Pantai Pasir Padi Kota Pangkalpinang menjadi tujuan wisata kebanyakan dari warga Bangka Belitung, yang ingin menghabiskan waktu liburan sekolah dan hari raya Idul Adha 1443 Hijriyah / 2022 Masehi. Setiap harinya jumlah pengunjung yang datang ke kawasan pesisir ini mencapai ratusan hingga ribuan orang.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang melalui Kepala Bidang Destinasi Wisata dan Industri, Riharnadi di ruang kerjanya, Rabu (13/7), terkait kondisi Pariwisata Kota Pangkalpinang saat libur sekolah dan Idul Adha pasca pandemi Covid-19.

“Jadi terkait objek wisata pantai pasir padi saat libur sekolah sampai pasca lebaran hari ini, memang kunjungan masyarakat terutama dari luar itu semakin banyak. Kemarin pun juga pada waktu kami di lapangan banyak kendaraan. Saya nggak tahu juga, apakah dari Pangkalpinang atau masyarakat dari luar Pangkalpinang,” ungkapnya.

Riharnadi menturkan, selama tahun 2022 ini Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang sudah mengalokasikan anggaran kurang lebih 6 milyar rupiah untuk membangun pasir padi. Mulai dari pendestrian jalan dan hingga mushollah. Ada pembangunan menara pandang, plaza kuliner, kios pedagang, serta area parkir.

“Jadi pada tahun ini sampai dengan Desember nanti, kalau tidak ada masalah teknis Insya Allah bangunan-bangunan atau fasilitas untuk menunjang pariwisata itu bisa digunakan masyarakat,” bebernya.

Dikatakannya, kawasan wisata Pantai Pasir Padi sampai saat ini masih dikelola oleh Dinas Perhubungan. Sehingga tidak ada di dalam itu pungutan-pungutan lain terkait kawasan pantai pasir padi yang diambil Dinas Pariwisata.

“Jadi PAD (dari kawasan wisata Pantai Pasir Padi) itu silahkan tanya ke perhubungan untuk parkir. Nah, bulan Juli ini setelah kondisi COVID-19 sudah semakin baik, yang tadinya toilet kami gratiskan pada tahun 2019 sampai dengan saat ini, mulai 1 Juli kemarin untuk toilet dikenakan biaya retribusi. Sesuai dengan Perda seribu rupiah untuk buang air kecil, dua ribu rupiah buang air besar, dan tiga ribu untuk bilas. Jadi itu sampai bulan Juli ini belum ada hitungan kami, karena baru mulai,” jelasnya.

Ia menambahkan, rencana Dinas Pariwisata ke depan ingin pantai pasir padi itu menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat. Intinya bagaimana masyarakat Kota Pangkalpinang ataupun sekitarnya memahami, bahwa pantai pasir padi itu layak dikunjungi.

“Maka kami harus mengembangkan sarana penunjang. Yang tadinya tidak ada plaza kuliner yang menarik, tidak ada menara pandang sebagai atraksi, yang tadinya parkir sembarangan, kita tata ulang,” ujar Riharnadi.

Disinggung apa saja kendala yang dihadapi di lapangan? Menurut Riharnadi, sebenarnya bukan berarti masyarakat susah diatur, cuma bagaimana cara memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama yang berusaha. Di sana memang lahan yang dimiliki kota itu cuma 5,2 hektare, selebihnya itu adalah lahan-lahan yang dimiliki oleh perorangan, oleh swasta dan sebagainya.

“Sehingga ini harus ada komitmen dari kita bersama. Artinya, dari kami pemerintah, ada juga dari pemilik tanah, karena kita lihat pasir padi itu satu-satunya objek wisata pantai yang ada di Kota Pangkalpinang,” jelasnya.

Masih kata Riharnadi, titik panjang orang berekreasi ada di pasir padi mulai dari ujung Serata sampai dengan Tanjung Bunga. Pihaknya sudah mencatat kurang lebih 160-an pedagang kaki lima yang berada di lahan Pemerintah Kota Pangkalpinang, dan juga di lahan masyarakat.

“Kami cuma memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk kenyamanan dan kerapian, sehingga tidak ada catatan negatif terhadap pasir padi,” imbuhnya

Riharnadi mengajak masyarakat membangun pariwisata di Kota Beribu Senyuman dengan berbagai inovasi. Dengan harapan masyarakat memahami dan merasa sama-sama memiliki Pasir Padi.

“Yuk, jaga kebersihan. Karena sebanyak apapun petugas kami di pasir padi, bila tidak didukung rasa memiliki dan kerja sama untuk menjaga kebersihan, maka sama saja (sia-sia),” tutupnya. (Dika)