EKONOMI BISNISHEADLINE

Tahun Ini, TINS Kejar Penjualan 31.000 Ton Logam

39
×

Tahun Ini, TINS Kejar Penjualan 31.000 Ton Logam

Sebarkan artikel ini

JAKARTA — Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Wibisono mengatakan, TINS menargetkan penjualan logam timah sebanyak 31.000 ton pada tahun ini.

Menurutnya, TINS bakal memenuhi kebutuhan logam timah dalam negeri dan mengoptimalkan suplai logam di pasar Amerika, Eropa dan Asia dalam mengejar target penjualan tersebut.

“Kebutuhan dalam negeri Indonesia selalu menjadi prioritas bagi PT TIMAH Tbk untuk mendukung perkembangan industri dalam negeri Indonesia,” kata Wibisono belum lama ini.

Mengutip laporan tahunan perusahaan di tahun 2020, TINS mencatatkan penjualan 55.782 ton logam timah di tahun 2020. Sebagian besar dari penjualan tersebut didominasi oleh penjualan ekspor dengan porsi hampir 98,04 persen, sedang sekitar 1,96 persen disumbang oleh penjualan ke pasar domestik.

Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor timah, antara lain wilayah Asia yang meliputi Korea Selatan, Jepang, China, India, Singapura, Taiwan, Turki, Thailand, Malaysia dan Filipina. Untuk wilayah Eropa meliputi Belanda, Italia, Spanyol, Austria, Slovakia, Hungaria, Jerman dan Polandia serta wilayah Amerika Serikat.

Kalau dikomparasikan, target penjualan logam timah TINS pada tahun ini lebih rendah ketimbang realisasi volume penjualan pada tahun lalu. Hitungan Kontan.co.id, target penjualan logam TINS tahun ini lebih rendah 44,42 persen, dibanding realisasi penjualan logam timah tahun lalu yang mencapai 55.782 ton itu.

Hal ini sejalan dengan target-target produksi TINS yang juga lebih rendah dibanding realisasi tahun lalu. Untuk bijih timah misalnya, TINS hanya menargetkan produksi sebanyak 30.000 ton, lebih rendah dibanding realisasi produksi bijih timah tahun lalu yang mencapai 39.757 ton.

Target produksi logam timah juga sama belaka. Tahun lalu, TINS mencatatkan realisasi produksi sebanyak 45.698 ton, sedangkan tahun ini TINS hanya mengejar target produksi 34.000 ton logam timah.

Wibisono menjelaskan, target produksi yang menurun disebabkan oleh adanya kendala memperoleh pasokan bijih timah dari para penambang bijih, tapi gara-gara adanya dinamika yang terjadi pada akhir tahun 2020. Hanya saja, Wibisono tidak merinci dinamika apa yang dimaksud. (*)