BANGKA – Kepala Desa Bintet, Benny Kim, mengaku kecewa, lantaran tidak ada satupun utusan dari Pemerintah Kecamatan Belinyu yang hadir dalam acara Doa Sekampung yang digelar di lapangan sepakbola desa itu, Minggu (28/01) kemarin.
Padahal, masyarakat Desa Bintet berbondong-bondong mendatangi lapangan sepakbola, untuk menyaksikan acara adat yang hampir punah, yaitu Doa Sekampung tersebut.
Benny mengungkapkan, ke depannya kegiatan ini akan dijadikan sebagai event tahunan.
” Karena ini baru pertama, kita mempelajari dulu. Tapi tetap kedepannya, kita adakan setiap tahunnya,” kata Benny.
Doa Sekampung adalah tradisi adat budaya masyarakat Desa Bintet, sebagai wujud permintaan mereka kepada Sang Illahi atas bergantinya musim.
Sejumlah pejabat dari Pemkab Bangka yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, serta TNI Polri dari Polsek Belinyu dan Koramil Belinyu nampak juga menghadiri acara itu.
Tarian dambus serta lantunan iramanya mengiringi acara itu. Lafadz doa yang diucapkan tokoh adat berlangsung dengan hikmat.
Ditambah lagi, iringan penyajian Buk Idang yaitu sajian makanan serta ketupat lepas nampak membuat acara itu berlangsung dengan sakral.
Supaya mendapat keberkahan, selamat serta mendapatkan rezeki yang berlimpah pada pergantian musim. Baik masyarakat yang mengais rezeki di darat maupun di laut.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka melalui Pamong Budaya Harianto mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasikan kegiatan ini. Kata Harianto, pihaknya akan menjadikan ini sebagai event tahunan.
” Sangat baik sekali, Insya Allah kedepannya kita upayakan ini menjadi event tahunan yang diadakan setiap tahun,” kata Harianto.
Harianto juga mengatakan, di Kecamatan Belinyu khususnya di Desa Bintet, banyak potensi budaya yang bisa digali dan di lestarikan kembali.
” Banyak potensi yang ada disini di Bintet ini. Kalau kita lestarikan, yang pasti banyak seniman dan penggiat budaya yang baru,” kata dia.
Sementara Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Wandasona Al Hamd mengungkapkan, tradisi ini merupakan simbol yang sangat luar biasa dalam melestarikan adat yang sudah lama hampir punah.
Menurut Wandasona, tradisi ini adalah upaya untuk mengangkat berlian di tengah lumpur, 70 puluh tahun silam sudah tidak dilaksanakan. Baru kali pertama hari ini melalui inisiasi tokoh masyarakat, tradisi yang sarat akan nilai filosofi budaya ini kembali dapat saksikan.
” Dari tradisi Titang Tue Doa Sekampung ini kita dapat menyaksikan tadi bagaimana khasanah budaya yang ada mulai dari penampilan tari kedidi bintet yang khas dengan gerakan silatnya, Dincak dambus sampai Buk Idang dengan beragam filosofinya yang disajikan oleh sejumlah dusun yang ada di sini. Upacara tolak balak dengan simbol ketupat lepas bini laki, ini suguhan konten budayanya luar biasa,” ungkapnya.
Namun kata dia, dalam hal ini memang ke depannya perlu pengemasan lebih baik lagi sehingga dapat menarik minat para wisatawan.
Acara itu juga dihibur oleh pentas tari dambus disertai perlombaan. Sanggar seni Budaya Cinta Kasih Dayung Serumpun menjadi pelopor dalam acara itu, serta tak lupa dukungan dari Yayasan Pendidikan Nasional atau YPN Belinyu yang mayoritasnya para pelajar di sekolahitu turut serta dalam acara itu. Penampilan mereka pun mendapat pujian dari Dinas terkait. (Edho)
Sumber: kabarbuletin.com