EKONOMI BISNISHEADLINE

Nelayan Tanjung Ketapang Butuh Pelabuhan Tempat Berlindung

32
×

Nelayan Tanjung Ketapang Butuh Pelabuhan Tempat Berlindung

Sebarkan artikel ini
Perahu nelayan di Tangjung Ketapang, Toboali, Bangka Selatan.

BANGKA SELATAN – Nelayan di Kelurahan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, mengeluh perahu mereka sering rusak akibat saling berbenturan karena dihantam ombak.

Mereka sangat mengharapkan adanya pelabuhan yang sekaligus berfungsi sebagai pemecah ombak, sebagai tempat berlindung perahu dari terpaan gelombang.

Dengan adanya pelabuhan pemecah ombak itu bisa mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai, juga bisa jadi tempat berlindungnya perahu nelayan agar tidak rusak terhempas gelombang.

Kepala RW 03 Kelurahan Tanjung Ketapang, Aswin, membenarkan sudah banyak nelayan mengeluh dengan kondisi cuaca seperti saat ini.

Menurut Aswain, dengan adanya pelabuhan tempat berlindung itu sangat membantu nelayan setempat.

“Paling tidak, mereka tidak megalami kerugian yang besar, karena perahu mereka tidak rusak atau tenggelam karena terbentur dengan perahu lain,” ungkap dia, Sabtu (2/9).

Lanjut Aswin, nelayan Tanjung Ketapang berharap ada perhatian dari pemerintah kepada nelayan kecil.

“Kalau adanya pelabuhan pemecah ombak, para nelayan kami tidak kewatir jika ada gelombang besar, angin kencang dan sebagainya, karena perahu mereka aman,” kata dia.

Sementara Herman, warga Tanjung Ketapang mengatakan, kalau ada angjn kencang perahu nelayan di sini tidak ada tempat berlindung.

Perahu mereka sering rusak karena terbentur dengan perahu yang lain, bahkan ada juga yang sampai tenggelam.

“Itu membuat nelayan mengalami kerugian besar,” ujar dia.

Senada dikatakan Baharudin, perwakilan nelayan Tanjung Ketapang. Dia memohon kepada pemerintah untuk membangun pelabuhan yang dapat dijadikan tempat berlindungnya perahu nelayan.

“Mohon untuk lebih serius memperhatikan kami nelayan Tanjung Ketapang. Maksud kami mengeluh ini supaya pemerintah tahu dengan penderitaan yang kami alami pada waktu angin kencang,” tukas dia. (Abi)